Epidemiolog: Waspada Demam Berdarah di Musim Hujan
Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, mengingatkan masyarakat agar selalu waspada terhadap risiko penyakit demam berdarah dengue (DBD) di musim hujan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
"Masyarakat harus waspada terhadap genangan air. Barang-barang bekas yang memungkinkan genangan air sebaiknya itu dihilangkan dan dikurangi," kata Tri Yunis, seperti dikutip dari Antara.
Miko menjelaskan, demam berdarah biasanya mengalami peningkatan kasus pada awal dan akhir musim hujan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, pada akhir musim hujan ketika curah hujan mulai berkurang, nyamuk kembali aktif dan dapat menyebar lebih luas. Inilah mengapa puncak peningkatan kasus demam berdarah sering terjadi antara bulan November hingga Desember, serta Maret hingga Juni.
Oleh karena itu ia mengimbau masyarakat untuk waspada dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat-tempat penampungan air, Mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk (3M).
Untuk menurunkan kasus demam berdarah (DBD), menurut Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UI itu diperlukan berbagai upaya atau intervensi yang dilakukan secara bersamaan.
"Tidak ada satu solusi tunggal yang bisa menyelesaikan masalah ini. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi vaksinasi, penerapan program 3M, serta penggunaan obat nyamuk. Semua harus digunakan," ujarnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa langkah-langkah pencegahan perlu dijalankan secara komprehensif untuk mencapai hasil yang maksimal.
Menurut dia, vaksinasi bisa sangat efektif terutama bagi mereka yang belum pernah terinfeksi virus dengue.
Vaksin ini membantu melindungi individu dari kemungkinan tertular demam berdarah di masa mendatang.
Namun, bagi mereka yang sudah pernah terinfeksi, vaksinasi tetap dapat diberikan, meskipun dengan aturan berbeda.
Untuk orang yang sudah pernah terinfeksi, vaksinasi hanya perlu dilakukan satu kali, bukan dua kali seperti yang direkomendasikan untuk mereka yang belum pernah kena.
"Semua intervensi ini harus dilakukan dengan konsisten dan terpadu, baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun sektor lainnya," katanya.
(antara/rir)(责任编辑:综合)
- Laga Panas Persija Vs Persib Dijaga 15 Ribu Personel Gabungan
- Anggota DPR ini Digarap KPK dalam Kasus DAK
- VIDEO: Aksi Samurai Pemungut Sampah Curi Perhatian di Tokyo
- Rekomendasi Destinasi Wisata 2024, biar Liburan Kamu Gak Itu
- Firli Bahuri Dipastikan Hadir dalam Pemeriksaan di Bareskrim Polri Hari Ini
- FOTO: Memetik Saffron, Si Rempah Termahal di Dunia
- KPK Temukan Indikasi Perubahan Tata Ruang Agar Izin Meikarta Terbit
- Asyik! Jalur Tol Jakarta
- Pembawa Ganja 1,3 Ton Dituntut Hukuman Mati
- 7 Cara DIY Memperbaiki Kulkas Tidak Dingin Sebelum Panggil Teknisi
- Dua Roller Coaster Tabrakan di China, 28 Penumpang Luka
- Dua Roller Coaster Tabrakan di China, 28 Penumpang Luka
- FOTO: Turki Mulai Restorasi Kubah Hagia Sophia
- Kota di Spanyol Larang Hotel Baru, Warganya Muak dengan Wisatawan
- FOTO: Lansia dan Asa yang Terjaga di Panti Jompo Singkawang
- Kapolri Prediksi Kekuatan KKB Papua Hanya 50 Orang
- Polisi Bakal Geledah Rumah Ahmad Dhani, Ini yang Dicari
- VIDEO: 'Surga' Pencinta Ramen di Museum Ramen Shin
- Eks Wamenkumham Kembali Ajukan Gugatan Praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
- Jasa Marga Menduga Kecelakaan di GT Halim Terjadi Karena Truk Ugal